Misteri Nama Kuno di Nusa Tenggara; Chola dan Pandya
KUPANG – Sebuah hipotesis menarik tengah mengemuka, mengurai benang merah sejarah yang mungkin menghubungkan nama-nama kuno di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan pengaruh peradaban India Selatan, jauh sebelum era kolonial. Ide ini berputar pada kemungkinan jejak Dinasti Chola dan Pandya, bukan sebagai penakluk langsung, melainkan sebagai bagian dari gelombang penyebaran budaya dan kekuasaan, yang lantas menyebar ke timur Nusantara, bahkan melalui ekspansi Majapahit.
Selama ini, catatan sejarah lebih banyak menyoroti dominasi Majapahit di Nusantara bagian barat, dengan klaim kekuasaan nominal hingga ke timur.
Namun, rincian mengenai entitas lokal di sana, terutama yang punya nuansa nama asing, seringkali luput dari perhatian, atau hanya menjadi bagian dari cerita rakyat. Kini, spekulasi baru mencoba mengisi kekosongan tersebut.
Ambil contoh fam Selan, yang akrab di telinga masyarakat Suku Dawan di Timor. Fam ini adalah bagian tak terpisahkan dari identitas Atoni Pah Meto, para "orang dari tanah kering" yang teguh menjaga tradisi. Keberadaan fam Selan yang kuat di Timor, kini mulai dihubungkan dengan pertanyaan yang lebih jauh: mungkinkah ada benang tipis yang menyatukannya dengan marga Selian dari Suku Alas di Sumatera, yang santer diisukan memiliki kaitan dengan Dinasti Chola dari India Selatan?
Secara geografis, jarak antara Aceh, Sumatera, dan Timor sangatlah jauh. Perbedaan budaya, bahasa, dan sejarah lokal antara Suku Alas dan Suku Dawan tampak mencolok. Namun, di masa lalu, jalur maritim Nusantara adalah jaring laba-laba yang menghubungkan daratan jauh, tempat para pelaut dan pedagang menjadi pembawa ide, teknologi, dan bahkan nama.
Dinasti Chola, sebuah kekuatan maritim dan militer dari India Selatan, memang dikenal memiliki pengaruh luas di Asia Tenggara pada abad ke-9 hingga ke-13 Masehi. Mereka tercatat melakukan ekspedisi ke Sriwijaya di Sumatera, meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam dinamika politik regional. Pengaruh Chola di Sumatera sebelum era Singhasari atau Majapahit adalah fakta yang diakui oleh sejarawan.
Lalu, mengapa tidak terpikirkan bahwa sebagian dari gelombang pengaruh Chola ini, meski tak langsung, bisa saja menyebar lebih jauh ke timur? Bisa jadi, melalui interaksi perdagangan atau perpindahan penduduk yang terpicu oleh ekspansi kerajaan-kerajaan besar, unsur-unsur nama atau identitas turut terbawa. Fam Selan di Timor, yang secara fonologis mirip dengan Selian di Sumatera, bisa jadi merupakan residu dari pergerakan masa lampau yang lebih kompleks.
Selanjutnya, kita bergeser ke Kerajaan Pandai. Sebuah temuan dari Nagarakretagama, seperti yang diungkapkan dalam riset terbaru, menyebutkan keberadaan Kerajaan Pandai sebagai bagian dari aliansi Galiau Watang Lema di Kepulauan Alor dan Pantar. Aliansi lima kerajaan pesisir ini, yang juga mencakup Kui, Bunga Bali, Blagar, dan Baranua, memiliki ikatan kuat dan konon leluhur yang sama.
Informasi ini menjadi sangat menarik karena disebutkan bahwa lima putra Mau Wolang dari Majapahit adalah pendiri kelima kerajaan pesisir ini, dan mereka dibesarkan di Pandai. Ini menunjukkan bahwa Pandai mungkin adalah pusat awal atau tempat penting bagi para pendiri aliansi tersebut. Hal ini menempatkan Kerajaan Pandai sebagai entitas yang sah dalam sejarah lokal, berinteraksi dengan kekuatan sebesar Majapahit.
Jika kita menilik nama "Pandai", secara fonologis ia memang memiliki kemiripan dengan Pandya, sebuah dinasti besar lain dari India Selatan yang juga merupakan pesaing sekaligus mitra Chola. Dinasti Pandya juga memiliki hubungan maritim dan perdagangan yang luas, dan pengaruh mereka turut menyebar ke berbagai wilayah.
Sejarah mencatat bahwa Majapahit sendiri memiliki hubungan dengan Kerajaan Pandya. Sementara itu, Kerajaan Pagaruyung di Sumatera juga diyakini memiliki koneksi dengan pengaruh India Selatan, termasuk Pandya. Ini menciptakan sebuah jembatan hipotetis: mungkinkah nama "Pandai" di NTT ini merupakan semacam jejak atau resonansi dari nama "Pandya", yang dibawa oleh gelombang pengaruh Majapahit yang juga memiliki koneksi ke India Selatan?
Tentu, ini bukan berarti adanya klaim langsung bahwa Dinasti Chola dan Pandya secara fisik datang dan mendirikan kerajaan di NTT. Namun, ini lebih mengarah pada hipotesis bahwa orang-orang yang berasal dari India Selatan, entah sebagai pedagang, pelaut, atau bagian dari gelombang diaspora yang kemudian berasimilasi, mempengaruhi penamaan atau identitas lokal. Pengaruh ini bisa jadi tidak langsung, tersaring melalui kerajaan-kerajaan perantara seperti Majapahit atau kerajaan-kerajaan lain di Sumatera.
Majapahit, dalam ambisinya menyatukan Nusantara, mungkin telah membawa serta elemen-elemen budaya dan nama dari wilayah-wilayah yang sudah lama berinteraksi dengan India Selatan. Pasukan dan pedagang Majapahit yang menyebar ke timur bisa jadi membawa serta nama-nama atau konsep yang dipengaruhi oleh kontak mereka dengan peradaban India.
Hipotesis ini membuka ruang diskusi baru tentang kompleksitas sejarah Nusantara yang tak hanya terkotak-kotak dalam batas pulau. Ia mengundang kita untuk melihat bagaimana pergerakan manusia, ide, dan kekuasaan menciptakan jalinan yang rumit, di mana nama-nama seperti Selan dan Pandai mungkin menyimpan lebih banyak cerita tentang masa lalu yang jauh daripada yang kita bayangkan. Penelusuran lebih lanjut, terutama melalui studi linguistik komparatif dan arkeologi, diharapkan dapat memperjelas misteri ini dan mengungkap warisan multikultural yang mungkin tersembunyi di balik nama-nama kuno di Nusa Tenggara.
0 Response
Posting Komentar