-->

Masjid Nurjannah, Simbol Keteguhan Iman Kaum Muslimin di Flores

Masjid Nurjannah, Simbol Keteguhan Iman Kaum Muslimin di Flores
Share

Masjid Nurjannah Riung berdiri kokoh di Desa Golo Riung, Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, sebagai saksi sejarah panjang perjalanan Islam di Flores. Didirikan pada tahun 1916, masjid ini menjadi salah satu yang tertua di wilayah tersebut. Usia lebih dari satu abad menjadikan masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga monumen hidup dari nilai-nilai kebersamaan dan toleransi yang terpelihara lintas generasi.

Pembangunan Masjid Nurjannah tidak lepas dari peran besar Kraeng Riung Sapraja dan Imam pertama, Ence Tayyeb. Bersama para tokoh adat dan masyarakat, mereka menggagas pembangunan masjid sebagai pusat spiritual sekaligus sosial bagi warga Riung. Hebatnya, masyarakat lintas agama kala itu ikut bergotong royong dalam pembangunan, mencerminkan semangat toleransi yang kuat sejak masa awal berdirinya.

Keberadaan masjid ini tidak hanya menjadi simbol keislaman, tetapi juga lambang keharmonisan antarumat beragama. Bahkan hingga kini, tradisi saling membantu tanpa memandang agama tetap dijaga oleh warga setempat. Masjid Nurjannah menjelma menjadi titik temu berbagai kelompok masyarakat yang hidup berdampingan dengan damai di tengah keberagaman.


Bangunan masjid masih mempertahankan bentuk aslinya sejak didirikan. Arsitektur Masjid Nurjannah memadukan gaya Islam dengan unsur-unsur lokal Flores. Ornamen-ornamen khas daerah terlihat berpadu indah dengan desain islami yang sederhana namun sarat makna. Inilah yang membuat masjid ini tidak hanya memiliki nilai spiritual, tapi juga estetika budaya.

Setiap sudut masjid menyimpan cerita tentang bagaimana masyarakat Riung membangun nilai-nilai kebersamaan melalui tempat ibadah ini. Dinding-dinding tua masjid seolah merekam jejak perubahan sosial masyarakat sekitar, mulai dari dinamika keagamaan, adat istiadat, hingga perkembangan ekonomi dan pendidikan.

Sebagai salah satu bangunan tua yang terus difungsikan, Masjid Nurjannah kini menghadapi tantangan fisik yang tak terelakkan. Usia bangunan yang sudah lebih dari 100 tahun memerlukan perawatan intensif agar tetap kokoh dan layak digunakan. Kerusakan kecil pada struktur kayu dan atap mulai terlihat dan memerlukan perhatian khusus.

Mustafa, salah satu tokoh masyarakat Riung, mengungkapkan harapannya agar ada perhatian dari pemerintah maupun pihak swasta untuk membantu renovasi masjid ini. Menurutnya, menjaga Masjid Nurjannah adalah bentuk penghormatan terhadap sejarah dan semangat kebersamaan yang diwariskan para pendahulu.

“Kami ingin masjid ini tetap berdiri dengan gagah, tidak hanya sebagai tempat beribadah tapi juga sebagai simbol sejarah dan identitas kami,” ujar Mustafa kepada RRI pada Senin, 10 Maret 2025. Ia menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai luhur yang terkandung dalam keberadaan masjid tersebut.

Di tengah arus modernisasi, masyarakat Riung tetap menjadikan Masjid Nurjannah sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya. Masjid ini menjadi tempat berkumpulnya warga dari berbagai latar belakang untuk berdiskusi, belajar, dan saling mengenal dalam bingkai toleransi dan kekeluargaan.

Setiap tahun, sejumlah kegiatan keagamaan seperti peringatan Maulid Nabi dan buka puasa bersama digelar di masjid ini. Acara-acara tersebut tidak hanya diikuti oleh umat Islam, tetapi juga warga non-Muslim yang datang untuk menunjukkan dukungan dan semangat kebersamaan.

Kehadiran masjid ini juga menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda Riung. Mereka melihat bahwa warisan leluhur bukan sekadar bangunan fisik, tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan yang harus dijaga. Nilai-nilai ini kemudian dibawa dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pendidikan dan hubungan antarwarga.

Meskipun lokasinya terpencil, Masjid Nurjannah menjadi tujuan spiritual dan budaya yang menarik perhatian peneliti dan pelancong. Sejumlah akademisi dan wisatawan kerap datang untuk mengkaji sejarah serta merasakan langsung atmosfer toleransi di daerah ini.

Masjid ini juga menjadi bukti nyata bahwa keberagaman dapat menjadi kekuatan pemersatu jika dibingkai dengan rasa saling menghargai. Di tengah perbedaan keyakinan, masyarakat Riung tetap hidup rukun, bahu-membahu membangun kehidupan yang harmonis.

Keberadaan Masjid Nurjannah mengingatkan bangsa ini bahwa Islam di Indonesia tumbuh bersama kearifan lokal. Tidak ada paksaan dalam penyebaran agama, melainkan ajakan melalui keteladanan, dialog, dan gotong royong antarwarga.

Pemerintah daerah diharapkan dapat melihat nilai historis dan budaya yang dimiliki Masjid Nurjannah. Dukungan konkret seperti perbaikan infrastruktur dan promosi sebagai cagar budaya dapat membantu pelestarian masjid dan memperkuat identitas masyarakat lokal.

Selain sebagai tempat beribadah, masjid ini juga dapat dijadikan sebagai pusat edukasi sejarah dan kebudayaan Islam di Flores. Anak-anak dan remaja bisa belajar langsung dari warisan budaya yang hidup dan berfungsi hingga kini.

Masjid Nurjannah adalah pelajaran nyata bahwa keberagaman adalah kekayaan. Riung, dengan masjid tuanya, telah mengajarkan kepada kita semua bahwa keharmonisan bukan hal mustahil jika dibangun di atas nilai-nilai saling menghormati.

Kini, seratus tahun lebih telah berlalu, dan Masjid Nurjannah tetap berdiri—menjadi penjaga kisah tentang bagaimana cinta damai dan toleransi bisa tumbuh dari sebuah desa kecil di ujung timur Indonesia.

Dengan semangat itu, masyarakat Riung percaya bahwa Masjid Nurjannah akan terus menjadi cahaya yang menerangi perjalanan generasi berikutnya, mengajarkan makna kebersamaan dalam keberagaman yang indah.


Related Posts

0 Response

Posting Komentar

More

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel